Asia Selatan, sebuah kolase budaya dan keyakinan, berada di titik belok yang menarik—dan kadang menegangkan. Di tengah kehidupan yang begitu kaya warna, sedang terjadi pergeseran yang halus namun signifikan: tantangan keagamaan yang kian nyata dan membayangi seluruh kawasan. Dalam masa-masa seperti inilah, jangkar iman menjadi semakin penting—sebagai cahaya penuntun yang memberi penghiburan dan kekuatan. Dan bagi jutaan orang di Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka, jangkar dan cahaya itu adalah Kitab Suci.
Namun inilah kenyataan pahitnya: meskipun Firman Tuhan bersifat kekal dan universal, akses terhadapnya tidak demikian. Di antara lanskap bahasa yang sangat beragam ini—yang mencakup 562 bahasa—masih ada 280 bahasa yang belum memiliki satu pun ayat Alkitab dalam bahasa yang benar-benar menyentuh hati mereka. Bagi mereka, esensi iman itu sendiri masih terkunci di balik tembok bahasa.
Angka-angkanya mengejutkan. Di Pakistan saja, 91% bahasa daerahnya masih kekurangan 13.822 pasal penting. Jika dijumlahkan, ada 70.611 pasal yang masih belum dapat diakses—sebuah jurang rohani yang memisahkan jutaan orang di Asia Selatan dari kepenuhan iman mereka.
Di kawasan yang tengah menghadapi arus sosial-politik yang kompleks, tindakan sederhana menyampaikan Kitab Suci dalam bahasa sendiri dapat menjadi penyelamat—sumber kekuatan yang tak tergoyahkan dan harapan yang abadi.