Kisah manusia sering kali terukir dalam pengungsian—perjalanan yang dipaksa oleh keadaan, meninggalkan rumah dan bahasa yang akrab. Namun bayangkan mereka yang mengalami “pengungsian ganda”—mereka yang di Vietnam tidak hanya tercerabut dari tempat tinggalnya, tetapi juga menjalani hidup dalam keheningan. Bagi mereka, tantangan membangun kembali kehidupan diperparah oleh hambatan komunikasi, sering kali membuat mereka semakin terasing. Dalam keadaan seberat ini, di manakah dapat ditemukan cahaya penuntun, sumber hikmat abadi, jika bukan dari nasihat tanpa batas waktu dari Raja Salomo?
Putra Daud dan raja ketiga Israel, terkenal akan kebijaksanaan dan kekayaannya, menulis Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung—ayat-ayat yang menyentuh kebenaran-kebenaran paling mendasar dalam hidup di tengah kefanaan dunia, dan keindahan relasi antarmanusia. Bagi komunitas tuli dan terpinggirkan di Vietnam, mengakses hikmat ini sering kali menjadi tantangan berlapis—melalui bahasa lisan yang tidak mereka pahami, dan Kitab Suci tertulis yang sulit dijangkau.
Nada reflektif dari Pengkhotbah 4:9-10, yang menekankan nilai kebersamaan dan kolaborasi, jika disampaikan dalam bahasa isyarat yang jelas dan mudah dimengerti, bisa menjadi sumber penghiburan sejati dan ketahanan di tengah diskriminasi yang kerap mereka alami dari komunitas mayoritas pendengar.
“Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka mendapat upah yang baik untuk jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang satu mengangkat temannya. Tetapi malanglah orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” – Pengkhotbah 4:9-10, FAYH
Salomo juga menyoroti kekuatan dalam hubungan antarmanusia, menegaskan bahwa dukungan dan tolong-menolong dapat memberikan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup. Ayat-ayatnya menyampaikan bahwa “kebersamaan” memperkuat daya tahan kita, sementara kesendirian dapat membawa pada kerentanan dan keterasingan.
Dengan bahasa yang puitis dalam Kidung Agung 8:7, Salomo menangkap indahnya ikatan cinta dan kekerabatan dalam keluarga tuli yang menghadapi pengungsian bersama-sama—sebuah penguatan yang sangat berarti bagi mereka yang mengandalkan ekspresi kasih tanpa kata.
Seperti yang ditulis Salomo dalam Pengkhotbah 2:24, tidak ada yang lebih baik selain menikmati pemberian dari Tuhan dan menemukan kepuasan dalam memberi—baik satu ayat, maupun *satu pasal hari ini.
(*Rata-rata jumlah ayat dalam satu pasal: 44)