Zefanya — Nabi abad ke-7 SM ini, di tengah kemerosotan rohani Yehuda, menyampaikan pesan tegas tentang penghakiman ilahi terhadap masyarakat yang tenggelam dalam korupsi dan ketidakadilan selama pemerintahan Raja Yosia. Namun di balik peringatan yang mengguncang itu (Zefanya 1:2-3), tersembunyi benih harapan yang lembut: janji pemulihan bagi mereka yang mencari Tuhan (Zefanya 2:3).
Dikotomi kuno ini — penghakiman bagi penindas, harapan bagi yang tertindas — menemukan gema yang mencengangkan dalam perjuangan yang sering kali terabaikan dari komunitas marginal di Asia Selatan. Bagi mereka yang terpinggirkan, hidup sehari-hari sering kali menjadi perjuangan tanpa henti melawan penindasan sistemik, kenyataan pahit di mana hak-hak mereka tergerus dan suara mereka terus dibungkam.
Inti dari nubuat Zefanya adalah panggilan implisit untuk mendengarkan suara Tuhan, tema yang ditekankan melalui seruan mendesaknya agar “bangsa yang tidak tahu malu” kembali kepada perintah Tuhan (Zefanya 2:1-3). Esensi pesan ini membawa seruan mendesak untuk mendengarkan Dia dan merespons melalui pertobatan — yang hanya mungkin terjadi jika Kitab Suci dapat diakses oleh seluruh masyarakat Asia Selatan dalam bahasa yang dapat mereka pahami dengan jelas.
Singkirkan ketulian sosial terhadap seruan keadilan; akhiri kemiskinan Alkitab dengan memberikan satu ayat atau bahkan *satu pasal hari ini.
(*Rata-rata jumlah ayat dalam satu pasal: 44)