25 Kisah Perjanjian Lama

Bahasa Dumas, yang awalnya tidak memiliki bentuk tulisan, dihidupkan melalui upaya kolaboratif. Hareanto, pemimpin tim penerjemah, membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari empat orang untuk mengembangkan sistem tulisan baru. Ketika sistem baru ini diuji coba kepada penutur bahasa Dumas, reaksi awal mereka adalah tawa dan keheranan. Namun, setelah rasa asing itu memudar, mereka menyadari peningkatan pemahaman yang mendalam terhadap cerita-cerita Dumas dibandingkan dengan bahasa nasional.
Penduduk desa Dumas sangat tersentuh ketika para Penerjemah Bahasa Ibu (Mother Tongue Translators/MTT) membagikan cerita-cerita Perjanjian Lama dalam bahasa mereka sendiri. Mereka belum pernah mengalami keterhubungan seperti itu dengan literatur tertulis, dan mereka menyatakan keinginan kuat untuk mendengar lebih banyak. Bahkan, satu gereja desa secara antusias mengusulkan untuk menggunakan cerita-cerita ini dalam persekutuan Alkitab mereka.
Dengan selesainya penerjemahan ke-25 cerita Perjanjian Lama, para pendeta dari sepuluh gereja kecil terpencil dengan antusias menerima set terbitan untuk jemaat mereka. Mereka sangat tersentuh oleh tersedianya Firman Tuhan dalam bahasa hati mereka dan mengharapkan pertumbuhan dan kedewasaan rohani yang signifikan di antara para percaya. Terinspirasi oleh respon positif ini, tim penerjemah memutuskan untuk memperluas upaya distribusi mereka ke desa-desa Dumas lainnya.